27 Juli 2013

Ramadhan di Perantauan



Tiada terasa kita kembali dipertemukan dengan bulan suci Ramadhan, bulan yang penuh dengan berkah.  Marilah kita bersama-sama berlomba-lomba melakukan hal-hal yang bernilai ibadah, mensucikan hati dan pikiran di bulan ini, semoga di akhir bulan kita mendapatkan kemenangan.

Ramadhan tahun ini jelas sangat berbeda dengan yang sebelum-sebelumnya, maklum lah sejak memutuskan untuk pergi menuntut ilmu dan mengejar cita-cita di “kota” orang  jadinya harus menjalani bulan Ramadhan di tanah rantau. Sesuatu yang sangat berbeda tentunya, hidup jauh dari keluarga. Awal nya sangat terasa aneh dan bahkan sangat aneh, pokoknya berbeda dehh. Tetapi yahhh di jalani saja lah, lama kelamaan juga akan terbiasa hmmmmm..

Empat tahun menjalani Ramadhan di tanah rantau tentunya menyembunyikan banyak cerita yang sepertinya konyol, lucu, menyedihkan, menyenangkan atau entah apalah namanya. Sebenarnya sangat menyenangkan, tapi susah dijalanin *bukan iklan* . Kita mulai saja lahhh…

Di mulai dari bangun sahur, karena kebetulan tinggal di kost dan sendiri ( mengertilah kehidupan anak kost ) dan ditambah lagi dengan efek malas masak maka jadilah kita harus bangun sangat pagi, menembus dinginnya subuh bersama gelap yang selalu setia menemani hanya untuk mencari warung yang buka. Alarm selalu diaktifkan pukul 03.00 dan seketika alarm itu berbunyi maka bersegeralah bangun dari tempat tidur. Tanpa sempat cuci muka atau menatap cermin langsung keluar dari kost, kenapa begitu ? jawabannya simpel, takut kehabisan makanan. Maklum lah jumlah anak kost yang terlalu banyak, jadi semuanya berlomba untuk mengejar santapan sahur. Hmmmm, pernah suatu ketika bangunnya terlambat *efek snooze alarm* maka jadilah panik dan untungnya masih dapat “sisa makanan” dari para pengejar santapan sahur.

Buka Puasa ? hal ini banyak menyimpan cerita yang luar biasa. Di bulan Ramadhan tentulah banyak orang atau kelompok yang mengadakan buka puasa bersama. Nahh, momen ini lah yang sangat dinantikan. Biasanya hampir tiap hari, yahh hitung-hitung berhemat lah ( maklum anak kost ). Bisa dibayangkan lah kalau makanan buka puasa bersama pasti lebih wah dari makanan kita biasanya. Itu kalau ada bukber, kalau tidak ada ? warung dekat pondokan jadi sasaran, biasanya cuma buka puasa pake es buah atau es kelapa, cari yang murah lah. Untuk makanan beratnya, biasanya sihh kita dapat di salah satu masjid dekat kampus. Hmmmm, setelah buka puasa pake es di pondokan kita pergi shalat maghrib di salah satu masjid di dekat kampus karena biasanya ada buka puasa pake makanan berat setelah shalat di sana. Tetapi tidak tiap hari lohh, kita sudah tau jadwalnya ( Senin, Rabu dan Jumat ) hahahhahaha.

Shalat Tarwih ? hmmmm, banyak orang ( mungkin termasuk saya ) mencari yang cepat selesai. Dan kebetulan tak jauh dari kampus ada masjid yang cepat selesai. Jam delapan lewat sedikit sudah selesai lah meskipun kita harus lebih awal datang karena mulainya pun lebih cepat. Nahh, itu kalau mau cepat. Dan kadang juga Shalat Tarwih di Mesjid-mesjid besar, kalau mau dengar ceramah ataupun Imam tarwih yang bacaannya lebih bagus.

Puasa ? menjalankan puasa di perantauan tidak terasa apalagi kalau aktivitas perkuliahan jalan pas bulan Ramadhan. Karena biasanya aktivitas kuliah dari pagi sampai sore. Meskipun demikian, tetap ada cobaannya ( tidak usah di sebut lahh ). Menuntut ilmu sambil menjalankan puasa, bukankah termasuk suatu Ibadah juga ? hmmmmm. Salah satu Ibadah yang kadang terabaikan di perantauan adalah “Tidur”, hahahahhahaha. Maklum lah tidak ada waktu untuk itu, sangat berbeda kalau tinggal di rumah. Setiap hari dipenuhi aktivitas yang padat dan sangat luar biasa kala itu.

Nahh, itulahh sedikit cerita tentang Ramadhan di Perantauan. Semoga tahun depan atau tahun depan nya lagi bisa merasakan Ramadhan di perantauan. Sangat indahlah untuk dikenang tetapi mungkin akan menghasilkan cerita yang berbeda lagi.

****

Dua tahun terakhir ini, ALHAMDULILLAH. Menjalani bulan Ramadhan di Kampung Halaman. Suatu kebahagian yang sangat luar biasa, bisa buka puasa dan sahur bersama keluarga, bisa menikmati masakan di rumah yang tentunya sangat berbeda dari yang di sana.


“Ramadhan di Perantauan akan Selalu Dirindukan, Banyak Cerita yang Terukir di Sana” - adhi redblack


18 Ramadhan 1434 H
dari sudut Ruang Inspirasi


-AR -

Post a Comment

Terima Kasih telah Menyempatkan Diri untuk Berkunjung Membaca Tulisan di Blog ini. Meskipun masih sangat sederhana

Tinggalkan Komentar Anda
*Kritik, Saran, Pesan, Pujian atau apapun itu Akan Ditanggapi.