Tiada terasa kita kembali dipertemukan dengan bulan suci Ramadhan,
bulan yang penuh dengan berkah. Marilah
kita bersama-sama berlomba-lomba melakukan hal-hal yang bernilai ibadah,
mensucikan hati dan pikiran di bulan ini, semoga di akhir bulan kita
mendapatkan kemenangan.
Ramadhan tahun ini jelas sangat berbeda dengan yang
sebelum-sebelumnya, maklum lah sejak memutuskan untuk pergi menuntut ilmu dan
mengejar cita-cita di “kota” orang
jadinya harus menjalani bulan Ramadhan di tanah rantau. Sesuatu yang
sangat berbeda tentunya, hidup jauh dari keluarga. Awal nya sangat terasa aneh
dan bahkan sangat aneh, pokoknya berbeda
dehh. Tetapi yahhh di jalani saja lah, lama kelamaan juga akan terbiasa hmmmmm..
Empat tahun menjalani Ramadhan di tanah rantau tentunya menyembunyikan
banyak cerita yang sepertinya konyol, lucu, menyedihkan, menyenangkan atau
entah apalah namanya. Sebenarnya sangat menyenangkan, tapi susah dijalanin *bukan iklan* . Kita mulai saja lahhh…
Di mulai dari bangun sahur, karena kebetulan tinggal di kost dan
sendiri ( mengertilah kehidupan anak kost
) dan ditambah lagi dengan efek malas masak maka jadilah kita harus bangun
sangat pagi, menembus dinginnya subuh bersama gelap yang selalu setia menemani
hanya untuk mencari warung yang buka. Alarm selalu diaktifkan pukul 03.00 dan
seketika alarm itu berbunyi maka bersegeralah bangun dari tempat tidur. Tanpa
sempat cuci muka atau menatap cermin langsung keluar dari kost, kenapa begitu ? jawabannya simpel, takut
kehabisan makanan. Maklum lah jumlah anak kost yang terlalu banyak, jadi
semuanya berlomba untuk mengejar santapan sahur. Hmmmm, pernah suatu ketika bangunnya terlambat *efek snooze alarm*
maka jadilah panik dan untungnya masih dapat “sisa makanan” dari para pengejar
santapan sahur.
Buka Puasa ? hal ini banyak menyimpan cerita yang luar biasa. Di bulan
Ramadhan tentulah banyak orang atau kelompok yang mengadakan buka puasa
bersama. Nahh, momen ini lah yang
sangat dinantikan. Biasanya hampir tiap hari, yahh hitung-hitung berhemat lah ( maklum anak kost ). Bisa dibayangkan
lah kalau makanan buka puasa bersama pasti lebih wah dari makanan kita
biasanya. Itu kalau ada bukber, kalau tidak ada ? warung dekat pondokan jadi
sasaran, biasanya cuma buka puasa pake es buah atau es kelapa, cari yang murah
lah. Untuk makanan beratnya, biasanya sihh kita dapat di salah satu masjid
dekat kampus. Hmmmm, setelah buka
puasa pake es di pondokan kita pergi shalat maghrib di salah satu masjid di
dekat kampus karena biasanya ada buka puasa pake makanan berat setelah shalat
di sana. Tetapi tidak tiap hari lohh, kita sudah tau jadwalnya ( Senin, Rabu
dan Jumat ) hahahhahaha.
Shalat Tarwih ? hmmmm, banyak
orang ( mungkin termasuk saya ) mencari yang cepat selesai. Dan kebetulan tak
jauh dari kampus ada masjid yang cepat selesai. Jam delapan lewat sedikit sudah
selesai lah meskipun kita harus lebih awal datang karena mulainya pun lebih
cepat. Nahh, itu kalau mau cepat. Dan
kadang juga Shalat Tarwih di Mesjid-mesjid besar, kalau mau dengar ceramah ataupun
Imam tarwih yang bacaannya lebih bagus.
Puasa ? menjalankan puasa di perantauan tidak terasa apalagi kalau aktivitas perkuliahan jalan pas bulan Ramadhan. Karena biasanya aktivitas kuliah dari pagi sampai sore. Meskipun demikian, tetap ada cobaannya ( tidak usah di sebut lahh ). Menuntut ilmu sambil menjalankan puasa, bukankah termasuk suatu Ibadah juga ? hmmmmm. Salah satu Ibadah yang kadang terabaikan di perantauan adalah “Tidur”, hahahahhahaha. Maklum lah tidak ada waktu untuk itu, sangat berbeda kalau tinggal di rumah. Setiap hari dipenuhi aktivitas yang padat dan sangat luar biasa kala itu.
Nahh, itulahh sedikit cerita
tentang Ramadhan di Perantauan. Semoga tahun depan atau tahun depan nya lagi
bisa merasakan Ramadhan di perantauan. Sangat indahlah untuk dikenang tetapi
mungkin akan menghasilkan cerita yang berbeda lagi.
****
Dua tahun terakhir ini, ALHAMDULILLAH.
Menjalani bulan Ramadhan di Kampung Halaman. Suatu kebahagian yang sangat
luar biasa, bisa buka puasa dan sahur bersama keluarga, bisa menikmati masakan
di rumah yang tentunya sangat berbeda dari yang di sana.
“Ramadhan di
Perantauan akan Selalu Dirindukan, Banyak Cerita yang Terukir di Sana” - adhi redblack
18 Ramadhan 1434 H
dari sudut Ruang
Inspirasi
-AR -